![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJbW0X1WNfmGllQZqn361aX4xcyfTRgfSYNBmwzcq0TNzhNF09bzprYCHLZpQb-Zwn2dultMxcPqllp_eZKa6tEqpEuEirR92O7WL8Qma3CrjKC-QPSIkpPwfgbO5J6p0Y06mUR9_cnPQ/s200/mark-free-vector-art-question-vector-for-free-1339.jpg)
Dia adalah Metanol dan Etanol. Kita umumnya mengenal keduanya dalam berbagai praktik kehidupan. Spiritus yang sering kita pakai misalnya untuk pembakaran bunsen adalah metanol. Metanol sebetulnya tak berwarna (bening), spiritus yang berwarna ungu atau mungkin berwarna lain karena ditambahkan pewarna ke dalamnya. Hal ini berguna untuk membedakannya dengan etanol dan air tentunya sehingga orang mudah mengenalinya. Perbedaan ini bermanfaat agar orang tidak salah mengambil dan tidak salah menggunakannya. Metanol cukup berbahaya jika terminum karena bisa menyebabkan terjadi kebutaan atau keracunan.
Adapun etanol lebih sering lagi kita bersentuhan atau menggunakannya. Etanol banyak sekali dipakai dalam aktivitas sehari-hari. Etanol umumnya digunakan sebagai antiseptik atau antikuman, pelarut untuk ekstraksi, dan di kehidupan Barat digunakan sebagai minuman. Alkohol yang jamak disebut masyarakat merujuk pada etanol. Contohnya Alkohol 70% merupakan etanol 70%. Cairan Alkohol atau lebih tepatnya etanol untuk minuman berbeda dengan etanol yang kita pakai sebagai antiseptik atau pelarut di laboratorium. Etanol yang bukan untuk minuman adalah alkohol terdenaturasi. Terdenaturasi maksudnya etanol tersebut sudah ditambah dengan zat aditif atau zat tambahan. Zat tambahan ini (Denaturan) bersifat toksik jika diminum sehingga membuat etanol terdenaturasi tersebut menjadi lebih beracun. Hal ini disengaja agar tidak bisa digunakan sebagai minuman. Zat aditif tersebut antara lain metanol, isopropil alkohol, keton, denatonium benzoat, dan sebagainya.
Secara kimia, metanol dan etanol termasuk dalam senyawa organik alkohol. Keduanya memiliki gugus hidroksi atau R-OH, dimana R adalah rantai atom karbon (C). Metanol dan Etanol dibedakan dari jumlah atom C (karbon) dalam senyawa tersebut. Metanol memiliki satu (meta) atom karbon atau dirumuskan CH3OH, sedangkan etanol mengandung dua (eta) atom karbon pada strukturnya atau dirumuskan CH3CH2OH. Berdasar sifat kepolarannya maka etanol lebih non-polar dibanding metanol karena etanol memiliki atom C lebih banyak. Sifat kepolaran ini penting sebagai pertimbangan kita jika ingin mengekstraksi senyawa tertentu dari suatu bahan alam. Ingat prinsip "like dissolve like".
Informasi penting lainnya yang perlu anda ketahui:
- Mengapa untuk penggunaan sebagai antiseptik dipakai alkohol/etanol 70%? percaya atau tidak ternyata etanol 70% memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibanding kadar lainnya (baik di bawah atau di atasnya). Hal ini menunjukkan perlunya air agar etanol aktif sebagai antibakteri. Informasi ini bisa anda telusuri di buku Kimia Medisinal Organik, karya Prof. Siswandono yang diterbitkan oleh Airlangga University Press.
- Titik didih Metanol (methanol) adalah 64 derajat Celcius, sedangkan etanol 96% bertitik didih 78 derajat Celcius. Anda bisa mencari informasi titik didih pelarut organik lainnya, misalnya di buku Handbook of Organic Solvent Properties (ARNOLD).
- Mengapa umumnya kadar etanol yang ada di pasaran ialah 96%? etanol 96% berarti mengandung 4% air di dalamnya. Adanya air ini berfungsi untuk membentuk campuran azeotrop. Hasilnya titik didih campuran etanol air tersebut lebih rendah dibanding titik didih masing-masing penyusunnya.